BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ketersediaan benih merupakan salah satu ukuran
keberhasilan budidaya ikan walaupun menurut aspek ekonomis penyediaan benih
sering di anggap tidak penting akan tetapi dari aspek teknis merupakan kunci
keberhasilan dari usaha budidaya (Puspowadoyo dan Djariyah, 2021). Menurut
Respati dan Santoso, 2010 Pembenihan adalah kegiatan yang bertujuan
menghasilkan benih hingga ukuran tertentu. Proses ini dapat dimulai dengan
pemeliharaan induk, pemijahan, perawatan hingga penetasan yang dimana perlu ada
perawatan pada ukuran benih sampai ukuran tertentu.
Budidaya
perikanan merupakan jaminan untuk menyediakan benih ikan yang berkualitas serta
kuantitas. Hal ini merupakan salah satu syarat menentukan keberhasilan usaha,
lalu ketersediaan benih di alam tidak dapat menjamin produksi yang
berkeseimbangan sehingga diperlukan teknik pembenihan yang lebih baik untuk
mencukupi kebutuhan bagi masyarakat dari segi kualitas air. Budidaya ikan nila
merupakan komoditas air tawar yang cukup banyak dibudidayakan saat ini. Salah
satu spesies ikan nila yang banyak dibudidayakan adalah ikan nila merah (Oreochromis niloticus).
Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus)
merupakan jenis ikan yang diintroduksikan dari luar negeri. Bibit ikan ini
didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan air Tawar
pada tahun 1969 (Djarijah, 1995). Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi,
barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani ikan di seluruh Indonesia. Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus)
disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya yang enak dan tebal seperti
daging ikan kakap merah. Ikan nila merah mempunyai keunggulan seperti
peetumbuhannya yang cepat, kemampuan survival
rate (SR) yang tinggi yaitu di atas
90% dan cepat beradaptasi terhadap lingkungan (Siniwoko, 2013).
Jenis
ikan nila merah (Oreochromis niloticus) mengandung
protein yang tinggi dan lemak yang rendah karena merupakan ikan air tawar. Ikan
nila mengandung protein 17,8%, lemak 2,8%, air 77,8% dan abu 1,2% (Kusumawardani,
1988 dalam Benita, 2001). Pada stadia
benih ikan nila merah biasanya dipelihara pada air tawar seperti kebanyakan
yang dilakukan di Balai Benih Ikan pada umumnya (Balarin, 1979 dalam Wahyurini, 2005).
1.2. Tujuan
1.
Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan nila
merah (Oreochromis niloticus)
2.
Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam
teknik pembenihan ikan nila merah (Oreochromis
niloticus)
3.
Untuk mengetahui cara memelihara benih ikan
nila merah (Oreochromis niloticus) yang
dihasilkan dari proses pemijahan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) di BBI Jantho Baru.
1.3. Manfaat
1.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa di lapangan.
2.
Untuk memahami permasalahan yang timbul dalam
pembenihan ikan nila merah (Oreochromis
niloticus) dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Wilayah/Lokasi Praktek
2.1.1 Letak Geografis dan Letak Kolam
Letak Unit Pelaksana Teknis-Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT)
Jantho Baru berada pada ketinggian 515 m (dpl) dengan jarak dari pusat kota
Aceh Besar Provinsi Aceh, dengan keadaan sekitarnya sangat mendukung.
UPTD-BAT Jantho Baru terletak antara
5.2°-5.8° Lintang Utara dengan 95.5°-95.8° Bujur Timur dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
1.
Bagian
Barat sempadan dengan Samudra Hindia
2.
Bagian
Timur sempadan dengan Kabupaten Pidie
3.
Bagian
Selatan sempadan dengan Kabupaten Aceh Jaya
4.
Bagian
Utara sempadan dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh
Unit Pelaksana
Teknis Dinas Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru berupa Badan Usaha Milik
Pemerintah Daerah (BUMPD). Seluruh urusan keuangan dan modal usaha diurus dan
dijalankan oleh Pemerintah Daerah. Luas lahan UPTD-BAT Jantho Baru 22.500 m2,
dilengkapi dengan 15 kolam pendederan, bak pemeliharaan induk, bangunan kantor
105 m2 rumah coordinator UPTD BAT 1 unit, rumah karyawan 4 komponen,
kamar penginapan 9 kamar, aula pertemuan kapasitas 40-50 orang 1 unit,
laboratorium 1 unit, laboratorium basah 1 unit, mushalla 1 unit, dan Gudang
pakan 1 unit.
2.1.2. Struktur Tanah dan Keadaan Iklim
a. Struktur
Tanah
Unit Pelaksana
Teknik Dinas-Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru mempunyai luas 22.500 m2
berada di ketinggian 400 meter (dpl) dimana jenis tanah liat berpasir. Unit
Pelaksana Teknik Dinas-Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru berada di
sudut elevasi 15%.
b. Iklim
Unit Pelaksana
Teknik Dinas-Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru tergolong dalam wilayah
beriklim tropis, rata-rata suhu ialah 25-28°C. Rata-rata curah hujan 94.320
ml/tahun dimana curah hujan tertinggi pada bulan Mei 2017 sebesar 820 mm/bulan.
2.1.3 Sejarah Balai Benih Ikan (BBI) Jantho Baru
Balai Benih Ikan Jantho Baru adalah unit pembenihan
budidaya air tawar (UPBAT) yang berada di bawah Dinas Perikanan dan Kelautan
pemerintah daerah Aceh Besar dan bertanggung jawab penuh kepada Dinas Perikanan
dan Kelautan pemerintah daerah Aceh Besar. BBI Jantho Baru terdiri pada tahun
2003 berdasarkan SK Bupati No. 214 tanggal 20 Desember 2003.
Sejak semula berdirinya tahun 2003,
BBI Jantho Baru yang berlokasi di Desa Jantho Baru Kecamatan Kota Jantho
Kabupaten Aceh Besar di pimpin oleh Kordinatir BBI yang bernama Bapak Amirudn.
Setiap kegiatan usaha yang berlangsung di BBI dipimpin dan dijalankan oleh
Kordinator BBI sendiri dengan dibantu
oleh 4 orang bawahannya sesuai dengan tugas masing-masing dibidang
urusan kerja yang dibebankan kepada mereka.
2.1.4. Struktur Organisasi
Tiap lembaga baik lembaga pemerintah ataupun lembaga
swasta kegiatannya diatur lewat struktur organisasi yang sudah diresmikan.
Perihal ini bisa memperjelas wewenang serta bertanggungjawab antara bagian satu
dengan bagian lainnya yang membolehkan pembagian tugas serta kekuasaan yang
baik demi menggapai tujuan yang sudah diresmikan. Tiap-tiap lembaga ataupun
industri mempunyai struktur organisasi yang berbeda-beda, perihal ini
bergantung pada besar kecilnya usaha yang dijalankan.
Dalam pelaksanaan kegiatan usaha
pembenihan ikan nila pada BBI Jantho Baru yang menyangkut dengan produk yang
dihasilkan dan lain-lainnya menggunakan orang-orang yang dikoordinir dengan
menggunakan pembagian tugas-tugas dengan baik dan mereka bertanggung jawab atas
segala tugas yang dilimpahkan oleh pimpinan. Disini pimpinan terlibat langsung
didalamnya dengan memperhatikan setiap saat produk yang dihasilkan.
Usaha pembenihan ikan nila pada BBI
Jantho Baru menganut sistem organisasi garis sehingga dalam pendelegasian
wewenang dan pengambilan keputusan akan lebih mudah dan cepat dilakukan.
Bagian dalam struktur organisasi ini
yaitu, bagian produksi benih ikan, distribusi benih ikan, tenaga administrasi,
teknisi mesin dan penjaga kolam memiliki tugas dan tanggung jawab dengan
pelaksanaannya. Semua tugas itu dilakukan berdasarkan instruksi pimpinan dan
dijalankan atas dasar prinsip kebersaman sehingga proses pengambilan keputusan
yang dilakukan berjalan cepat karena rasa solidaritas antar karyawan masih
tinggi.
Adapun visi dan misi Unit Pelaksana
Teknik Dinas-Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT) Jantho Baru adalah untuk
menghasilkan benih yang berkualitas bebas dari Pathogen dari induk-induk yang kualitas bagus, dan meningkatkan
income petani ikan air tawar sejahtera dan maju. Peningkatan professionalism
pembenihan ikan air tawar yang bertaraf dan peningkatan produksi benih,
mengadakan praktek dan pembinaan petani ikan, mahasiswa dengan tujuan
peningkatan sumber daya manusia perikanan di Kabupaten Aceh Besar, sebagai
pusat penelitian perikanan air tawar di Kabupaten Aceh Besar, mengadakan
kegiatan pengabdian masyarakat dan membantu penyuluhan perikanan air tawar yang
maju dan mampu berkompetitif.
2.2 Klasifikasi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
Nila
merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina reddish-orange
mossambique (Oreochromis mossambicus) dengan ikan nila jantan
normal (Oreochromis niloticus) (Pompma at al.1999). Berikut ini merupakan klasifikasi ikan
nila merah menurut suyanto (2003)
Filum
: Chordata
Subfilum : Vertebrata
Klass
: Osteichthyes
Subkelas :
Acanthoptherygii
Ordo
: Percomorphi
Subordo :
Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus :
Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar
1. Ikan nila merah
2.3 Morfologi Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
Secara morfologi ikan nila merah memiliki
bentuk tubuh pipih lebar, tubuhnya lebih kecil dari pada panjang tubuh, sisik
besar dan kasar, serta kepala relatif kecil. Berdasarkan jenis siripnya, ikan
nila merah memiliki sirip dada (pectoral fin),
sirip perut (ventral fin), sirip punggung (dorsal fin), sirip ekor (caudal fin), dan
sirip anal (anal fin). Selain itu ada gurat
sisi (Linea lateralis) pada ikan nila tidak terputus
(Affandi et al. 1992).
Bentuk tubuh ikan nila
panjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar dan menonjol,
bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis)
terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih
kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip
punggung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras
dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya berwarna hitam dan sirip dadanya juga
tampak hitam (Khairuman dan Amri 2007).
Perbedaan jenis kelamin pada
ikan nila merah adalah Ikan nila merah jantan memiliki ukuran sisik yang lebih
besar dari pada ikan nila merah betina. Alat kelamin ikan nila merah jantan
berupa tonjolan yang agak runcing yang berfungsi sebagai muara saluran urin dan
saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila merah
jantan akan mengeluarkan cairan bening. Sedangkan ikan nila merah betina
mempunyai lubang genital terpisah dengan lubang saluran urine yang terletak di
depan anus (Khairuman dan Amri, 2007).
2.4 Habitat Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)
Seperti ikan air tawar pada
umumnya ikan nila hidup di tempat-tempat yang airnya tidak begitu dalam dengan
arus yang tidak deras (Djarijah, 1995; Shipton et al., 2008), dan dengan campur tangan manusia ikan nilatelah
menyebar keseluruh dunia dari benua Afrika, Amerika, Asia, sampai Australia
(Amri dan Khairunman, 2003). Ikan nila banyak dibudidayakan di berbagai daerah,
karena kemampuan adaptasi bagus diberbagai jenis air. Nila dapat hidup di air
tawar, air payau dan air laut. Ikan ini juga tahan terhadap perubahan
lingkungan, bersifat omnivora, mampu mencerna makanan secara efisien,
pertumbuhan cepat dan tahan terhadap hama dan penyakit (Suyanto, 1995).
Ikan Nila
merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar, terkadang ikan Nila
juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan Nila dikenal
sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran salinitas yang
lebar). Ikan Nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air
yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan Nila dapat menjadi masalah sebagai
spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah
beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan Nila untuk bertahan hidup di
perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21° C (Harrysu, 2012).
Pada perairan alam dan dalam sistem
pemeliharaan ikan, konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses
fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan
suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah akan menekan aktivitas pernapasan
ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat
ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran Nila
sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).
Ikan Nila mempunyai kemampuan tumbuh
secara normal pada kisaran suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan
dan perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi 38°C
pertumbuhan ikan Nila akan terganggu. Pada suhu 6° C atau 42° C ikan Nila akan
mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi pertumbuhan ikan Nila
minimal 4mg/l, kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/l dengan derajat
keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003). Menurut Setyo (2006), Secara umum
Nilai pH air pada budidaya ikan Nila antara 5 sampai 10 tetapi Nilai pH optimum
adalah berkisar 6 sampai 9.
2.5
Kebiasaan Makan
Menurut
Amri dan Khairuman (2003), ikan Nila tergolong ikan pemakan segala (Omnivore),
sehingga bisa mengkonsumsi makanan, berupa hewan dan tumbuhan. Larva ikan Nila
makanannya adalah, zooplankton seperti Rotifera sp., Daphnia sp., serta alga
atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya. Apabila telah
dewasa ikan Nila diberi makanan tambahan dapat berupa, dedak halus, bungkil
kelapa, pelet, ampas tahu dan lain–lain.
Kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
oleh ikan Nila yaitu protein, karbohidrat, dan lemak. Kandungan nutrisi yang
tidak tepat dapat mempengaruhi pertumbuhan seperti kurangnya protein yang
menyebabkan ikan hanya menggunakan sumber protein untuk kebutuhan dasar dan
kekurangan untuk pertumbuhan. Kandungan protein yang berlebih, menyebabkan
protein akan terbuang dan menyebabkan bertambahnya kandungan amoniak dalam
perairan. Kebutuhan nutrisi ikan akan terpenuhi dengan adannya protein dalam
pakan. Protein merupakan kompleks yang terdiri dari asam amino esensial yang
merupakan senyawa molekul mengandung gugus fungsional amino (-NH2) maupun
karboksil (-CO2H) dan non esensial (NRC, 1993).
Kandungan karbohidrat merupakan
kelompok organik terbesar yang terdapat pada tumbuhan, terdiri dari unsur Cn
(H2O) dan karbohidrat salah satu komponen yang berperan sebagai sumber energi
bagi ikan serta bersifat sparing effect bagi protein. Karbohidrat lebih mudah
larut dalam air dan dapat digunakan sebagai perekat untuk memperbaiki
stabilitas pakan. Kekurangan karbohidrat dan lemak dapat menyebabkan
pertumbuhan terhambat karena ikan menggunakan protein sebagai sumber energi
lemak dan karbohidrat yang seharusnya sebagai sumber energi. Kebutuhan
karbohidrat yang memiliki kecernaan tinggi dan aktitas enzim amilase pada ikan
Nila akan mempengaruhi daya cerna karbohidrat yang meningkat (Pascual, 2009).
Kandungan lemak merupakan senyawa
organik yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) sebagai
unsur utama. Beberapa di antaranya ada yang mengandung nitrogen dan fosfor.
Lemak berguna sebagai sumber energi dalam beraktifitas dan membantu penyerapan
mineral tertentu. Lemak juga berperan dalam menjaga keseimbangan dan daya apung
pakan dalam air. Kandungan lemak pakan yang dibutuhkan ikan Nila antara 3 - 6%
dengan energi dapat dicerna 85 - 95% (Mahyuddin, 2008).
2.6
Kualitas Air
Kunci keberhasilan budidaya ikan sangat tergantung pada
kualitas air dimana jika kualitas air baik maka biota yang hidup diperairan
tersebut akan baik. Untuk menjaga parameter kualitas air memang tidaklah mudah
karena kondisi lingkungan dan cuaca yang tidak dapat diperkirakan dan dapat
membuat parameter kualitas air memburuk. Kualitas air yang baik
untukpemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis
sp) dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Parameter Kualitas
Air Untuk Budidaya Ikan Nila Merah
No
|
Parameter
|
Kisaran
|
Alat yang digunakan
|
1
|
Suhu
|
22-26˚C
|
Termometer
|
2
|
DO
|
3-9 mg/l
|
DO meter
|
3
|
PH
|
6-8 ppm
|
pH meter
|
Berdasarkan tabel 1 menjelaskan bahwa untuk mengukur
kualitas air seperti suhu, DO, PH hanya menggunakan tiga alat yaitu Termometer,
DO meter dan pH meter.
2.7
Pemeliharaan Larva
Setelah telur ikan nila
menetas menjadi larva, maka langkah selanjutnya adalah pembesaran larva.
Apabila larva ikan nila sudah berumur 5-7 hari, maka harus segera kita pisahkan
ketempat atau kolam yang baru. Pada waktu tebar untuk pemeliharaan larva ikan
dengan jumlah 50-200 ekor/m2, disesuaikan dengan jenis kolamnya.
Untuk pemberian pakan harus berprotein tinggi dalam
bentuk tepung yang sangat halus dengan
ukuran 0,2-0,5 mm. Dalam sehari kita berikan pakan 4-5 kali, sekali pakan kita
berikan pakan dalam bentuk tepung sebanyak 1 sendok teh. Bisa juga diberikan
pakan d
BAB III
METODELOGI PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan selama 30 hari pada tanggal 01 Agustus s/d 01 September 2022
di UPTD-BAT Balai Benih Ikan (BBI) Jantho Baru, Kabupaten Aceh Besar.
3.2 Alat dan
Bahan
Alat
dan Bahan yang digunakan untuk kegiatan pembenihan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) adalah sebagai
berikut :
Tabel
2. Alat yang digunakan dalam pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
No
|
Alat
|
Fungsi
|
1
|
Kolam
|
Wadah untuk perawatan induk dan
benih
|
2
|
Serokan
|
Untuk menangkap induk ikan nila merah
|
3
|
Waring
|
Untuk nyerok benih ikan Nila Merah
|
4
|
Ember grading
|
Untuk menyortir benih sesuai ukuran
|
5
|
Pendorong
|
Untuk mendorong air ketika
pembersihan kolam
|
6
|
Sikat
|
Untuk nyikat kolam
|
Tabel
3. Bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan nila merah (Oreochromis niloticus)
No
|
Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Induk Ikan Nila Merah
|
Sebagai bahan pemijahan
|
2.
|
Benih Ikan Nila Merah
|
Sebagai bahan pengamatan
|
3.
|
Pelet
|
Sebagai makanan
|
3.3 Metode Kerja
Praktikum
ini dilaksanakan di UPTD-BAT Balai Benih Ikan Jantho Baru, Kabupaten Aceh Besar
dengan peraturan kerja yaitu 5 hari kerja sedangkan untuk hari sabtu dan minggu
libur dalam seminggu, Cuma diwajibkan untuk pemberian pakan.
Dalam
kegiatan magang menggunakan metode observasi langsung yaitu (mengamati setiap
kegiatan pembenihan ikan nila merah yang dilakukan) di UPTD-BAT Balai Benih
Ikan Jantho. Metode deskriptif (memberikan gambaran secara lengkap) dan
partisifasi aktif (terlibat langsung dalam setiap kegiatan).
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengambilan data ada 2 (dua) yaitu data primer dan data skunder.
Pengumpulan data primer data ini
dilakukan dengan cara mengikuti seluruh kegiatan dan pengamatan secara langsung
meliputi persiapan alat, bahan dan wadah pemeliharaan, pembenihan, pemberian
pakan, pengamatan (kelangsungan hidup, pertumbuhan, kualitas), serta mengikuti
secara rutin dan aktif seluruh kegiatan dan prosedur kerja yang diterapkan di
UPTD-BAT Balai Benih Ikan Jantho. Pengumpulan data skunder dilakukan dengan
melakukan wawancara langsung dengan kepala balai dan teknisi lapangan sesuai
dengan keahlian, serta studi pustaka untuk melengkapi data yang diperoleh dari
seluruh kegiatan.
3.5 Analisis
Data
Data
yang diperoleh dari Balai Benih Ikan (BBI) Jantho Baru dikumpulkan dan
ditabulasi dalam bentuk tabel dan diagram. Data kemudian dianalisa secara deskriptif
untuk memberikan gambaran tentang pembenihan ikan nila merah.
3.6 Prosedur Kerja
a. Persiapan Kolam Pemeliharaan
Pemeliharaan calon induk ikan nila merah dilakukan
dalam kolam berukuran 25m x 15m x 1m. Sebelum digunakan kolam tersebut
dilakukan pengeringan dan setelah 1-2 hari dilakukan pengapuran dan pada saat
ketika akan dimasukkan calon induk ikan nila merah terlebih dahulu dilakukan
pemupukan kolam. Adapun tahapan-tahapan dalam persiapan kolam meliputi :
pengeringan kolam sebelum pemasukan air, kolam dijemur sampai benar-benar
kering, pemberian kapur sebelum pemasukan air, pembersihan yang dilaksanakan di
pinggir dan di dalam kolam, pengapuran, pemberian pupuk organic dan anorganik
di dasar kolam, pemasukan air kedalam kolam setinggi 60 cm.
b.
Persiapan Tebar Benih
Pemasukan calon induk dilakukan pada pagi hari
dan pada waktu matahari terbenam. Dimasukkan kedalam kolam yang berukuran 25m x
15m x 1m, dengan jumlah calon induk ikan nila merah yang dimasukkan 600 ekor.
Pada saat melakukan penebaran, perlu dilakukan penyesuaian terlebih dahulu
(aklimatisasi) ini bertujuan supaya benih yang ditebar tidak mengalami stress.
Pemeliharaan
calon induk ikan nila merah tidak terlalu sulit karena ikan nila merah
mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat, efisien memanfaatkan makanan tambahan
dan juga tahan terhadap penyakit dan cepat beradaptasi terhadap setiap
perubahan lingkungan.
c.
Pengelolaan pakan
Pada
awal pemeliharaan, pemberian pakan dilakukan secukupnya, pakan yang diberikan
untuk induk ikan nila merah (Oreochromis niloticus) diberikan pada
ikan yang berukuran badan diatas 1,5 gram pakan diberikan sedikit demi sedikit
sampai kenyang dan jenis pakan yang diberikan adalah pakan pellet merek ff 999
pakan yang diberikan untuk ikan harus sesuai dengan bukaan mulut ikan, waktu
pemberian 2 sampai 3 kali sehari, pemberian dihentikan apabila ikan terlihat
kenyang dan sudah tidak berada di permukaan air.
Didalam pemeliharaan calon induk ikan
nila merah (Oreochromis niloticus),
dipelihara 20 sampai 25 hari. Calon induk berumur 2-4 bulan diberi pakan berupa
pakan pellet, pemberian pakan setiap hari 1-3 kg di awal pemeliharaan dan
bertambah terus sesuai dengan berat ikan.
d.
Pemanenan
Setelah selesai masa pemeliharaan ikan nila
merah dapat dipanen. Pada saat pemanenan total ukuran ikan bervariasi diatas 50
gram/ekor. Sistem pemanenan dapat dilakukan dengan cara bertahap, dimana hanya
dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama pemanenan dengan
menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil dan Pembahasan
4.1.1 Pemeliharaan Induk dan Pematangan Gonad
Pemeliharaan
induk yang dilakukan di Balai Benih Ikan Jantho Baru. Pemeliharaan induk ikan
nila merah dipelihara sebagai salah satu kegiatan mempersiapkan induk-induk
matang gonad yang akan di pijahkan, kemudian di seleksi. Dalam memenuhi
kebutuhan induk-induk ikan nila merah yang berkualitas pakan harus terpenuhi, minimal pelet
berkadar protein 30% perhari, pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu
pada pukul 08.00 Wib dan 17.00 Wib, secara adlibitum. Untuk kandungan nutrisi
dari pakan untuk induk ikan nila merah dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Pada
Ikan Nila Merah
Nutrisi
|
Kandungan (%)
|
Air
|
12
|
Protein
|
28-30
|
Lemak
|
5
|
Serat Kasar
|
6
|
Abu
|
13
|
Sumber : PT. Protein Prima, Tbk
Menurut Cholik dkk
(2005), kandungan nutrisi pada proses pemeliharaan induk diberikan pakan yaitu
dengan kandungan protein antara 28-30%, namun dengan penambahan kadar lemak
sekitar 7% dapat memenuhi kebutuhan pada nutrisi ikan tersebut dan pakan yang
diberikan akan bertambah banyak.
Menurut Arie (1999) pemisahan jantan dari induk betina
memiliki beberapa tujuan antara lain kualitas telur yang dihasilkan akan lebih
baik, memudahkan dalam seleksi induk, memudahkan menyeleksian induk yang sudah
memijah dan yang belum memijah. Untuk mendukung kondisi induk, diperlukan
kondisi lingkungan tempat pemeliharaan induk daam keadaan baik (Amri dkk, 2003).
4.1.2 Persiapan Wadah
Pemijahan
Proses pemijahan
ikan nila merah dapat pula dilakukan di aquarium, bak fiber dan kolam beton.
Pada kegiatan praktikum ini penulis melakukan pemijahan yaitu dengan
menggunakan bak beton, kemudian dicuci dan dibersihkan dari kotoran yaitu lumut
yang menempel pada dinding bak dengan cara menyikat dan di bilas sampai bersih
kemudian dikeringkan. Sedangkan bak beton yang digunakan dalam pemijahan ikan
ini adalah yang berukuran 25m x 15m x 1m, kemudian diisi
air dengan ketinggian 60 cm.
4.1.3 Seleksi Induk
Seleksi induk
merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan, langkah ini sangat menentukan
keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara
teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan untuk memperoleh
indukan yang telah matang gonad, tidak cacat organ tubuh, tidak terserang
penyakit, indukan siap memijah kisaran umur 1-1,5 tahun.
Induk ikan nila merah diperlihatkan pada kolam yang
berbeda sesuai dengan jenis kelamin. Seleksi induk dilakukan dengan cara
pengeringan air dengan menggunakan pipa bolong-bolong sehingga air yang keluar
tidak terlalu kering dan memudahkan penangkapan ikan satu persatu. Selanjutnya
induk dimasukkan kedalam ember untuk diamati ciri-ciri induk yang matang gonad.
Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 :
Tabel 6. Ciri-ciri Induk Jantan Dan Betina Ikan Nila
Merah
No.
|
Induk Jantan
|
Induk Betina
|
1.
|
Badan
lebih ramping
|
Badan
lebih gemuk
|
2.
|
Gerakan lincah
dan gesit
|
Gerakan lambat
|
3.
|
Badan
apabila diraba terasa keras
|
Badan
apabila diraba terasa lembut
|
4.
|
Jika distriping
akan mengeluarkan cairan putih (sperma)
|
Jika distriping
akan mengeluarkan cairan berwarna kekuning-kuningan (telur).
|
Sumber : Djarijah, 2001
Dari tabel di atas ciri-ciri induk ikan nila merah yang
matang gonad menurut pendapat Djarijah, (2001). Ciri-ciri induk betina yang
matang gonad adalah memiliki tubuh gemuk, gerakan lambat, apabila diraba bagian
tubuh halus, dan jika distriping akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan.
Sedangkan penulis mendapatkan mendapatkan induk betina ikan nila merah saat
kegiatan magang adalah tubuh gemuk, alat kelamin berwarna kemerah-merahan,
apabila diraba bagian tubuh terasa kasar dan jika perut diurut akan
mengeluarkan cairan kekuning-kuningan.
4.2 Kegiatan Pembenihan Ikan Nila
Merah (Oreochromis niloticus)
4.2.1 Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk
ikan nila merah dilakukan secara intensif untuk mendapatkan induk dengan
kondisi baik agar siap memijah. Pemeliharaan induk dengan memperhatikan kondisi
lingkungan berupa kualitas air dan pengawasan terhadap hama dan penyakit.
Induk ikan nila merah dipelihara pada kolam pemeliharaan
berbentuk bak persegi panjang dengan ketinggian
70 cm. Sumber air kolam pemeliharaan berasal dari aliran gunung yang terdapat disekitar lokasi. Pada kolam terdapat
tempat saluran air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet).
Selama pemeliharaan di Balai Benih Ikan (BBI) Jantho Baru, induk diberi pakan berupa pelet dengan jenis pakan
tenggelam. Pakan yang diberikan mengandung protein sebesar 25% yang diberikan
sebanyak 3% dari bobot biomas. Pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari pada pagi
hari pukul 08.00 Wib dan sore hari pukul 17.00 Wib.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil Praktikum Di Unit Pelaksanaan Teknis Dinas-Budidaya Air Tawar (UPTD-BAT)
Jantho Baru maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Kegiatan
pembenihan ikan nila merah (Oreochromis
niloticus) di UPTD –BAT Balai Benih Ikan (BBI) Jantho Baru, Aceh Besar
meliputi pemeliharaan induk, pematangan gonad, pemijahan, perawatan larva dan
benih.
2.
Selama
melakukan kegiatan pembenihan di BBI Jantho Baru ditemukan hama seperti keong,
katak dan burung bangau pada pemeliharaan stadia benih. Penanggulangannya
dilakukan dengan membuang hama tersebut menggunakan serok atau seser kemudian
disaluran inlet ditutup menggunakan waring atau disaring.
3.
Pemeliharaan
larva dilakukan di dalam kolam berbentuk persegi panjang dengan kisaran suhu
air 20-25˚C dan kisaran pH 6-7. Sedangkan untuk pemeliharaan benih digunakan
kolam pendederan yang berbentuk persegi ukuran 9 x 8 meter dengan ketinggian
air 90 cm.
5.2 Saran
-